Padamu sebuah
ulasan cermin mata hatiku
Ketika padang
pasir mengeringkan dedaunan
Dan mentari
menyingsingkan kemarau
Aku menemukan
hujan pada setetes embun
Membasuhku pada
awal ajaran kata bersabar
Memang dahagaku
begitu menghujam
Rasa penasaran
akan belantara kehidupan
Memaksa diri
meninggalkan sangkar
Sampai pada
akhirnya
Ku begitu
membenci pagi
Pagi tak
mendatangkan putih hati
Pagi yang tak
mengerucutkan iman tuk berserah diri
Pagi yang
mengurung mimpi pada dendam duniawi
Lalu ku lanjutkan
perantauanku
Bebas melepas
langkah kaki menyusuri jalan
Sampai ku
bertemu petang
Gelap gulita
merajam
Tapi sementara
itu ku saksikan hujan
Menyerbu hati
untuk membawaku berlari
Ia tak pernah
menggurui
Atau menelaah
diriku agar tak boleh mencari jati diri
Ketika itulah ku
saksiskan pelangi
Membias syahdu
seperti melodi
Melingkar nan
ayu diantara bola mataku
Ku menemukan
warna diantara secarik kisah hidupku
Dan aku
menyayangi malam
Malam tempat
membuka mata hati
Malam untuk
menyapa sang ilahi
Dam malam untuk
bertutur kata
Petang pada pagi
Bahwa diri
tercipta untuk ditakdirkan sendiri
Bukan untuk
dipenjarakan pada sudut perangai
Petang pada pagi
Karena disini
bukan katak yang berteot dalam
tempurung
Tetapi nyawa
manusiawi yang ingin membebaskan nurani