Entah apa pada pagi itu masih terlihat pekat tertutup kabut.
Tak ada raut muka masam dan senyum bibir sumringah membanjiri wajah. Kiat ingin
menemui pagi yang begitu indah dengan seberkas cerahnya, seperti hanya lamunan
diantara senda gurau, guntur dan pekatnya mendung yang hadir. Saat itu pula
aktivitas kembali menjaring serangkaian waktu hidupnya. tatkala ia kembali
bercengkrama dengan berbagai raut muka di sekitarnya.
Ia hanya mampu mengumpat pada bait bait keramahannya. Walau
jauh di sebrang hatinya yang membisu itu terdapat duri duri tajam yang tengah
menggerogoti kebahagiaannya. Memang tak perlu orang lain mengetahui bahwa ia
hanya merasa sendiri. Meskipun sudah ada jantung hati sebagai pelipur lara
diantara linangan air mata, tetap saja beban selamanya akan menjadi benalu.
Pada suatu ketika ia ingin mencari padang rumput yang luas,
dengan di selingi pepohonan yang membungkuk berayun ke bawah memunggungi sinar
matahari. Jauh dan jauh sekali dari keramaian dan kebisingan suara manusia.
Biarkan alam yang berlaku jenaka kali ini mewarnai hidupnya. dan hanya ia
bersama cerita baru di sekelilingnya. Ia ingin berlari menyusuri tebing dan
terjatuh akibat tindakannya sendiri. Ia ingin menembus jajaran hutan belantara
yang terselingi jamur dan lumut beraroma meisiu alami. Begitu pula raganya
ingin mengalir megikuti derasnya aliran sungai yang tak bermuara. Lalu ia
tersenyum sendiri akibat ulahnya yang tak karuan.
Pada setengah malam ia akan merasa ketakutan karena tak ada
yang mau berbagi cerita dengannya. Semuanya begitu sunyi. Ia tak memahami
seberapa rumit bahasa kalbu antara sesama binatang, ataupun bahasa rumpun
diantara jajaran semak belukar. Hanya menggumam dengan angin serta angan dan
hati kecilnya saja. Dan suatu saat ia bangun dari semua penjelajahannya itu.
begitu bebas dan lepasnya hidup dengan berbagai konsekuensi yang ada. Bukan
menjadi seekor burung yang tersungkur dan diam dalam sangkarnya.
Ia juga ingin membangun cerita sendiri sesuai keinginannya.
Bersama penjaga hatinya, hingga tak ada lagi yang terlalu bersikap cerewet
dalam mengomentari kehidupannya. Ia ingin menyusuri jendela dunia yang masih
terbuka lebar. Bukan malah terjerembab pada seonggoh tempurung yang sempit.
Semoga padang sinar mentari dan rembulan masih mau menanti,
entahlah sampai kapan. Dan entah apa yang akan ia temui nanti. Jalan setapak
masih banyak yang belum di telusuri oleh kaki mungilnya. Serta jemari tangannya
masih pula ingin menyentuh pernak pernik dunia. Ia akan menjadi kawanan orang
dengan segudang angan. Semoga ia mampu menjangkau awan diatas badai serta
pelangi diantara rinai hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar