Sabtu, 31 Agustus 2013

Surat Kekasih pada Pengantin




Memang benar mega itu berseleret biru
Menjamu setiap bait hentakan kaki yang datang
Rimbunan orang memadati ruangan terbuka itu
beratapkan hiasan selambu warna warni
dikanan kirinya ada janur melengkung ayu
semua yang hadir seakan beradu kabar
terlihat jelas dari sini
kuwade itu berdiri kokoh
menarik pesona seribu mata
hari itu begitu semringah
dengan bersandingnya dua makhluk Tuhan
namun tak sampai hati
mengirim kabar duka bagi hati yang lain
ia hanya terbungkam dengan realitas yang ada
kemudian tak lama melumerkan derai air mata
dirinya hanya sanggup mengotak atik kenangan
saat perjodohan adalah jalan pintas
untuk memtikan rasa cinta gadis yang lain
sungguh jeritan hati tengah bersua
dengan denyutan nadi yang kian berdetak kencang
mencari dimana kesempurnaan hidup sesungguhnya

di Malam Bus Pariwisata




Dalam malam yang sunyi
Walau riuh menyangga tawa orang-orang
Di dalam bus naungan wajahmu melekat erat
Menyeret senyum tipis
 Yang mengembang diantara celah bibirku
Saat itu di bangku bermuat dua orang
Tampak lelaki membosankan
Menerjang berbagai kata-kata
Membisiki telinga kanan ku
Ah bodo!
Aku tak pernah menrbangkan
pesawat cinta untuknya
dari arah depan mulai gaduh
beberapa wanita menghampiri
sembari nadanya berbisik
rupanya ia,ia separuh perasaanku
telah jatuh tersungkur
langkahku berayun cepat
ku elus pundaknya
teganya kata itu berucap
apa yang terjadi?
Air mata tiba-tiba berlinang
Sambil tanganku menyapa erat
Mengelus punggungnya
Selang beberapa menit ia baikan
Jemariku berlari mengompres dahinya
Dengan perasaan menebak nebak
Dirinya tengah membaik
Lalu tangannya menyentuh lenganku
Katanya suhu tuhnya sudah menurun
Bukannya apa aku sontak membisu
Dalam hati jua tersenyum kecut kegirangan

Kamis, 29 Agustus 2013

Aku dan Mereka

Kata orang dunia itu penuh warna, belum lagi rasanya juga seperti mesin ketik berabjad abcd. Semua orang punya goresan memori terindah dalam hidupnya. Benarkah begitu? Ya tentu saja. Kita semua hidup berawal dari nol lalu beranjak mulai mewarnai hidup yang putih menjadi mejikuhibiniu.

Lalu usia semakin bertambah dan kita mengenal apa itu arti saling berinteraksi dengan orang lain utamanya cara berteman, lalu kemudian mulai menjamah untuk mengenal arti cinta dan kasih sayang. Kali ini kita berusaha mencerna orang yang benar – benar menarik perhatian kita. Tak lama dari semua proses itu berlangsung tentu saja secuil masalah akan hadir menyentuh hidup kita. Kemudian semakin lama semakin menumpuk dan terlalu sering bercengkrama menguji kesabaran dan kedewasaan.

Andai kita semua bisa bijak terhadap diri kita untuk tidak terlalu larut dalam cemooh kesedihan. Sahabat, dunia itu masih luas bukan secuil ruangan kamar ini yang hanya membungkam tangismu dan mengingatkanmu dengan sejuta memori dengannya. Kalau masalahmu itu membebanimu berarti ia mimpi buruk. Sejatinya cinta itu wajar hadir didalam diri manusia, namun suatu saat juga bisa pergi menghantam hidupmu dengan kesedihan. Aku dan mereka adalah sahabatmu yang berusaha untuk selalu ada di setiap detikan waktumu. Kita tak akan tega melihatmu hanya bersedih terus sepanjang waktu. Biarkan dirimu mengenal cinta dan membiarkannya tetap harum di hatimu. Namun ku mohon ya kali ini jangan teteskan air matamu lagi. Dunia sesungguhnya masih bersikap baik untuk menyambut kita di esok hari :)

Pujangga Senja



 
Lingkaran pena memutari seisi kertas itu
Lalu tergores semburat indah
Tak sedikit berwarna hanya putih bertumpuk hitam
Jemarinya lincah menarik ulang kata

Urat dahinya mengerut ke atas
Mencerna setiap nada kalimatnya
Bersua sejenak menemani senja
Melirik eloknya ufuk barat

Pancaran jingga berseleret merah
Menyorot kulitnya dengan sentuhan hangat
Dirinya tetap tak bergeming
Masih saja bisu menikmati tudung awan sendu

Pikirannya melaju kencang
Merangkai kata beraroma puitis
yang tengah bersembunyi di balik sisi otak buntunya
menjejali diri dengan kegirangan sendiri

ya hari ini tak seburuk kemarin katanya
akhirnya selesailah tulisan itu
sepucuk kertas yang di genggamnya
tak terjamah oleh siapapun

rindunya pada gadis itu
yang hanya di sapa lewat bunga mimpi
apadaya, pujangga senja hanya tersipu dalam diam
bergumam riang dalam hati mengagumi sosoknya




SAYU



 
Di saat jingga menyemai damai
dalam heningnya suasana
Menyemburkan biru ataupun merah keunguan
di tambah semilir angin dari setiap sudut ruangan ini
Meninggalkan dedaunan berjatuhan terurai sederhana

Tiada yang tau saat gedung semegah itu diam
 tak bersua dengan sekitarnya
Penghuninya lenyap memburu waktu dan kehidupan di pijakan tanah yang lain
Mereka sudah lelah menuai aktivitas hari ini

dan yang tersisa hanyalah secuil kenangan
Bersama seuntai senyum yang mengembang
di balik mata yang sayu dan kesahajaan jiwa
Aku mengingat itu dalam diamnya menjelang petang hari ini
Taukah aku hanya pandai merangkai kata-kata dalam bait detakan jantungku
Bercerita tak mengikuti alur
Riang kegirangan sendiri tiada yang tahu
dan dalam sebuah pena serta secarik kertas putih
Ku nodai dengan tinta hitam berlari mengeja kata –kata
ataupun diatas mesin ketik berabjad abcd
Jemariku menari mengejar setiap kenangan hari ini

Cerita dalam diamku
Menumbuhkan perasaan dalam bunga edelweis
yang susah dijangkau orang
Tak seperti menanam perasaan dalam bunga mawar
 yang mudah layu lalu gugur dalam keadaan

Aku adalah diriku yang bebas memilihmu
untuk menjadi setiap nada di memoriku
Hal terindah yang tak pernah di usik orang
Lalu berkembang penuh mengisi relung hati
Menutupi separuh ruang gelap yang telah di isi oleh dirinya

Hidup memang indah seandainya tanpa sandiwara
Capek memamang menggumam dalam hati dan mengumpat erat
Sejatinya aku tak pernah menyukainya
tapi engkau terlanjur hadir menyentuh hidupku

dan tahukah kau matahari tak dapat menyaingi malam
Aku merindukanmu kini dalam dekapan hangat hayalan semuku
Ku harap kau pun sama bersua dalam dunia yang berbeda
Ku harap memang begitu.

Gadis Ilalang




Dari hembusan angin di tanah jawa
Menceritakan secerca kebahagiaan
Kepada semua telinga rumpun guyub pedesaan
Kerangka tulang berbalut daging menghentak bumi

Dirinya telah hadir
Menyerukan nada sedikit terisak-isak
Kala itu dua permadani menuai kebahagiaan
Dalam riangnya senda gurau kenyataan

Dia si wanita dengan jemarinya merangkul
Lalu tubuh mungil itu di bopongnya
Sambil menggodanya
Dan mengajak bercerita dalam bahasa bisu

Lalu lelaki di sebelahnya itu
Hanya bergurau dengan raut hati yang muram
Jiwa yang diinginkannya itu
Ternyata alot di kabulkan sang Ilahi

Kini memang benar gadis mungil itu akan tumbuh
Menjadi jiwa harum
Peneguh kehormatan keluarga ini
Membubuhi dengan setiap tingkah lakunya

Namun kehadirannya lagi-lagi diremehkan
Duh nasib gadis ilalang usang
Yang terus tumbuh meninggi
Tapi kehadirannya hanya dibutuhkan saat mereka susah

Oh jiwa kau jangan payah !
Sabar dan melebur dengan apa yang terjadi
Semoga itu sudah cukup ampuh
Merenggut omongan licik tak memikirkan hati

Anak wanita juga ingin di hormati
Tak dicaci dengan rasa welas asih
Ayah mohon tegur hatimu
Aku juga mampu merajut asa seperti inginmu